Ruang Baca

Ruang Baca

Rabu, 03 Juni 2020

Ruang Baca 3 : Pulau Cinta di Peta Buta

Pada edisi bulan Juni ini, saya menulis tentang ruang baca. Sebuah edisi khusus yang membahas tentang buku-buku yang ‘dulu’ pernah saya baca. saya menuliskan kembali catatan-catatan tentang buku yang pernah saya baca tersebut di edisi ruang baca. Meskipun dengan segala keterbatasan tulisan dan bahan (karena saya tidak bisa menyertakan foto dari buku-buku tersebut karena kebetulan buku yang saya baca tersebut buku pinjaman di perpustakaan atau di rumah baca) maka dengan sangat terpaksa tidak ada dokumentasinya.


So, Check this one !

Judul Buku                  : Pulau Cinta di Peta Buta
Penulis                         : Raudal Tanjung Banua
Penerbit                       : Jendela
Tahun Terbit                : Juli 2003
Jumlah Halaman          : xii + 177 hlm

Secara garis besar, buku ini menceritakan tentang Masalah Timor Leste, pergolakan Aceh, masalah TKI, dan masalah modernisme. Beberapa masalah di atas merupakan masalah klasik negeri ini, yang dari tahun ke tahun bukannya berkurang tapi terus bertambah dan merembet ke berbagai dimensi kehidupan. Rasanya masih teringat jelas berita penyiksaan TKI oleh majikannya, berita pelecehan TKW oleh sang majikan, dan berita perlakuan tak manuasiawi terhadap TKI. Dari tahun ke tahun permasalahan tersebut masih sering muncul ke permukaan. Belum lagi masalah lainnya seperti modernisasi, kemiskinan dan masalah pelanggaran HAM di Aceh (pada masa sebelum reformasi) dan masalah Timor Leste (sebelum merdeka). Masalah-masalah tersebut dikisahkan oleh Bung Raudal dengan sangat manusiawi dan sangat tajam, seakan-akan mampu menyayat-nyayat rasa kemanusiaan kita. Kritik yang tajam dan kadang menyentuh ditulis dengan begitu mempesona oleh Bung Raudal.

Sebagai seorang penulis, Bung Raudal bukan hanya ahli dalam merangkai kata-kata indah tetapi beliau juga ahli membungkus makna dalam kata-kata indah tersebut. Beliau tidak mau hanya menyuguhkan kata-kata indah tapi kosong maknanya. Sehingga bisa dilihat dari seluruh kumpulan cerpen ini, kekonsistenan Bung Raudal dalam memberi makna pada kata-kata indah dalam tulisannya. Selain keahlian dalam memberi filosofi pada kata-kata tulisannya, Bung Raudal juga sangat kritis dalam menyikapi masalah-masalah kemanusiaan. Misalnya dalam cerita “Elegi Kantor Pos”, Bung Raudal menyindir rekan-rekan penulis yang hanya mementingkan kepentingan indidualnya tanpa mau tahu tentang apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, apa yang menimpa manusia-manusia yang ada sekitanya dan apa yang menimpa bangsanya.

Berbagai cerita yang ada di buku ini menarik untuk dibaca. Tema-tema politik yang begitu meninjol dan humanisme yang kental, memaksa para pembacanya untuk memikirkan apa yang terjadi di cerita ini. Buku ini telah mengajak kita untuk menyusuri samudra kata tentang negeri tercinta ini. Para pembaca diajak untuk membaca realitas yang dihadapi oleh negeri ini

Mungkin seperti judul buku ini Pulau Cinta di Peta Buta adalah harapan yang sangat diimpikan. Sebuah pulau cinta yang adil, damai dan makmur





Tidak ada komentar:

Posting Komentar