Ruang Baca

Ruang Baca

Minggu, 25 Desember 2016

Membidik Momen (Bagian 2)

Moto pemandian air panas memang tantangan tersendiri buat saya. Klo ngambil foto dalam jarak terlalu dekat, lensa akan terkena uap air panas tapi klo terlalu jauh bisa-bisa obyek yang difoto enggak dapet angle-ny karena adanya obyek lain ( misalnya: kepala-kepala en wajah-wajah pengunjung yang menikmati pemandian air panas tersebut)
Hal inilah yang saya rasakan ketika moto pemandian air panas Ciater, suasana pemandian yang begitu ramai membuat saya mati gaya dalam mengambil foto. Ada saja momen yang terlewat begitu saja. Sampai akhirnya saya memutuskan berhenti en mojok di pinggiran^^ ngikut teman saya nyeduh kopi.
Saya niat moto air panasnya yak, bukan pengunjungnya yang lagi nikmatin air panas^^
Taman-taman kecil di sekitar kolam air panas.

Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu

Sekarang, waktunya kita mengunjungi Gunung Tangkuban perahu, salah satu gunung aktif di Jawa Barat. Bukti bahwa gunung ini masih aktif adalah, bau belerang yang menyengat dan aliran air panas yang digunakan sebagai sumber air pemandian Ciater.
Akses ke taman wisata ini mudah dijangkau, bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi bisa langsung naik ke atas, di sana sudah tersedia tempat parkir kendaraan
Bagi pengunjung yang menggunakan bis wisata tak perlu khawatir, karena pihak pengelola sudah menyediakan tempat parkir yang luas di bawah beserta fasilitas pelengkapnya. Memang jarak dari tempat ini ke puncak masih lumayan jauh, tapi pengunjung tak perlu khawatir karena pihak pengelola sudah menyediakan mobil-mobil pengangkut yang akan mengantarkan pengunjung ke puncak.
Sesampainya di puncak kita bisa melihat kawah gunung, dan hutan-hutan hijau yang mengelilingi tempat ini
Pemandangan di puncak
Hutan-hutan di sini masih terawat dengan baik

Sabtu, 24 Desember 2016

Seperti Lebah

Ada kata-kata mutiara yang bilang 'belajarlah kepada lebah' . seperti yang kita tahu, lebah itu hanya memakan makanan yang baik-baik dari bagian tumbuhan dan yang dikeluarkan dari lebah pun hasil yang baik yaitu 'madu'. Agaknya kita sebagai manusia kudu belajar dari binatang kecil tersebut, hanya memakan yang baik-baik dan menyerap yang baik-baik sehingga hasilnya nanti baik. seperti lebah yang hidupnya bermanfaat, dan menghasilkan madu bagi kehidupan. Semoga..

Kamis, 22 Desember 2016

Emak : Madrasah Bernama Ibu

Hari Ibu selalu mengingatkan saya pada emak. Satu sosok yang menjadi madrasah pertama saya dalam kehidupan ini. Emak memang bukan manusia sempurna karena seperti manusia lainnya beliau tak luput dari kekurangan. Tapi itu wajar karena emak saya hanya manusia biasa. Lalu bagaimana emak saya di mata orang lain? Kata teman-teman saya "Emak kamu gaul banget". Nah kan! sebagai anaknya saya merasa kalah gaul^^ Emak saya tipe perempuan yang menikmati hidupnya, beliau tahu apa yang beliau suka dan apa yang ingin dicapai. Klo menurut istilah bahasa anak sekarang, emak saya tipe "Gue Tahu apa yang Gue Mau".
Di usianya yang tidak lagi muda, emak saya masih suka gowes sepeda klo kemana-mana,dan ngelakuin hobi yang beliau suka. Kadang-kadang bepergian dari satu kota-ke kota lain untuk menemui saudara-saudara beliau. Pendek kata, kebiasan beliau avonturir seperti inilah yang menular ke anak-anaknya.
Selain menikmati hidup, emak saya aktif banget di lingkungan sekitarnya, susah diam dan penuh ide-ide yang sayangnya terkadang tidak bisa diterima oleh yang lain. Emak tipe orang yang penuh perhitungan dan hati-hati dalam berhubungan dengan orang lain. Meski begitu, emak saya sangat perhatian terhadap orang lain terutama orang yang lagi kurang beruntung. Beliau mau mendengar segala keluh kesah mereka, membantu jika bisa dan mencarikan solusi. Sehingga kebiasaan beliau yang seperti ini membuat rumah kami seperti Rumah Singgah Mama Khaleeda, ada saja orang yang datang mencari emak saya untuk curhat^^ terkadang rumah kami diketuk orang dari pagi sampai lewat tengah malam

Selasa, 20 Desember 2016

Tulisan Yang Bertumbuh

Tekadnya sih pada akhir bulan ini postingan tulisan saya jumlahnya tiga puluh satu sesuai dengan jumlah hari di Bulan Desember ini. Kenyataannya, Sekarang Bulan Desember sudah memasuki tanggal dua puluh dan tulisan saya baru sepuluh biji. Itu artinya jumlah hari lebih banyak dari jumlah tulisan dan saya masih punya hutang dua puluh satu tulisan (kepala langsung nyut2)
Karena saya bukan penulis pro, menulis secara konsisten tiga puluh satu tulisan itu susah2 gimana apalagi saya sedang tidak ikut challenge so tak ada motivasi tambahannya. Bisa saja semangat nulis ngadat di tengah jalan, atau bahkan enggak tahu apa yang mo ditulis, wajar sih. Iya biarlah semua menjadi cerita dalam mengisi blog ini, kapan lagi saya menantang diri saya klo bukan sekarang. Sempat enggak sempat diusahain apalagi setahun ini saya cuma nulis itu di Bulan Pebruari sama Bulan Desember doang^^ Jadi, kapan lagi klo bukan sekarang, itung-itung ini hal yang positif. Dan saya masih berharap semoga saya bisa nulis hal yang berguna (paling enggak buat diri sendirilah^^).
Akhirnya saya putuskan untuk memposting tulisan yang bertumbuh (#eh bukan hanya tanaman aja yang bertumbuh^^). Tulisan yang tak langsung selesai tapi masih bertumbuh di sana-sini (bisa ditambah atau dikurangi sewaktu-waktu tergantung yang nulis)

Senin, 19 Desember 2016

Membidik Momen

Niat hati sih pengen mengabadikan keindahan kolam teratai di taman Cibodas tapi hasilnya malah kayak moto empangnya kakek Asep :"( entah kenapa begitu susah ngambil angle yang pas sampe nyabar-nyabarin diri pun tetap aja enggak dapet momennya. Ujung-ujungnya malah ngunyah lemper isi ayam (info ga penting) dan duduk di bawah pohon pinus :D
Lain lagi ceritanya pas moto Gunung Salak dari Tol Ciawi. Foto ini tanpa konsep, saya ambil begitu saja karena pemandangan indah dari gunung yang satu ini. Pagi itu cuaca kota Bogor sangat cerah sehingga pemandangan Gunung Salak bisa dilihat dengan jelas. dan imajinasi saya pun langsung tertuju pada pemandangan di dorama-dorama (korban nonton dorama^^) ini view enggak kalah lah sama di dorama yang saya tonton :D
Ada pula foto yang saya ambil pas makan nasi pecel di salah satu desa di Ponorogo, itu pecel memang enak banget padahal sayurannya cuma daun kenikir sama lauk tempe. Dan,.. yang saya foto bukan nasi pecelnya tapi tempat makannya^^
Ceritanya warung nasi pecel tersebut berupa dapur, nah lho!! iyak, warung ini bukan warung biasa karena memang di depannya tidak ada tulisan atau tanda bahwa tempat tersebut merupakan warung nasi pecel. Para pembeli yang ingin membeli nasi pecel di tempat tersebut langsung pergi ke belakang tempat dapur berada. Jadi makannya ya di depan tungku dan pembeli bisa melihat secara langsung aktivitas memasak di dapur tersebut. Saya rasa bentuk dapurnya standarlah untuk orang Jawa, terutama dapur untuk rumah-rumah tradisional. Bentuk dapur ini sederhana tapi bersih dan khas, ditambah lagi rasa nasi pecel yang dijual juga enak menambah nilai plus dari tempat ini
to be continue

Minggu, 18 Desember 2016

Saksi dari Sebuah Perjuangan

"Panas" hanya kata itu yang mampu saya ucapkan ketika menjejakkan kaki di kawasan Tugu Pahlawan. Siang itu matahari bersinar terik sekali dan suasana begitu lengang, hanya satu dua pengunjung yang saya temui. Namun sengatan sinar matahari dan suasana lengang tersebut tak menghentikan langkah kaki saya untuk terus menyusuri kawasan ini. Sesekali saya berpapasan dengan staf pegawai museum. Iya, di kawasan inilah kisah heroik 10 Nopember 1945 diabadikan.
Kisah heroik yang tak hanya terekam dalam sejarah negeri ini tapi juga terekam dalam sejarah dunia. Kisah keberanian para pemuda yang lebih memilih untuk melawan armada elit dunia yang dipimpin Inggris daripada dijajah lagi. Siapa nyana armada elit yang baru memenangkan perang pasifik ini harus kehilangan satu Brigadirnya (Brigadir A.W.S. Mallaby) di kota ini pada tanggal 30 Oktober 1945, Surabaya pun diultimatum akan digempur dari darat, laut dan udara pada tanggal 10 Nopember 1945 jika tidak menyerah kalah. Tapi alih-alih takut dan menyerah pada ultimatum tersebut, para pemuda dan rakyat Surabaya lebih memilih melawan daripada terinjak-injak lagi oleh penjajahan. Tekad dan semangat mereka sudah bulat. peristiwa heroik tersebut berlangsung selama tiga hari tiga malam, Surabaya digempur habis-habisan dan menjadi lautan api. Tak terhitung banyaknya korban yang berjatuhan. Tapi perlawanan yang tak seimbang ini terus berlangsung, Surabaya baru benar-benar bisa dikuasai oleh Inggris dan pihak sekutu tiga minggu kemudian. Pada saat itu terjadi pengungsian besar-besaran, para pemuda dan rakyat yang selamat pindah ke Mojokerto dan daerah-daerah di sekitar Surabaya untuk menggalang kekuatan baru.
Kini, kisah heroik tersebut tinggal menjadi kisah keberanian dan kepahlawanan bagi kita yang masih hidup. Di bawah monumen inilah dikubur beribu-ribu pahlawan tanpa nama yang rela mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan. Kisah keberanian mereka bisa menjadi inspirasi bagi para pemuda negeri ini untuk terus berbakti bagi negeri.
#dalam kenangan :
Di tempat inilah bom pertama dijatuhkan oleh pihak sekutu pada tanggal 10 Nopember 1945
Mobil Bung Tomo
Patung para pahlawan
Note:
Well, cerita ngebolang saya yang ini serius banget#nepok2jidat, saatnya minum es teh :D
panasnya Surabaya memang mantap!!!
ngadem dulu^^

Sabtu, 17 Desember 2016

Lembang, di Suatu Sore

Matahari tak menampakkan diri sore itu, hanya Hawa dingin dan guyuran hujan yang menghiasi Lembang namun hal tersebut tak menyurutkan langkah para wisatawan lokal yang mendatangi Lembang. Para wisatawan tetap datang dan pergi untuk menikmati suasana sejuk tempat ini.
tak lupa pula mereka berbelanja baju dan pernak-perniknya.
Berburu jajanan lokal
Menikmati pemandangan alam, seperti melihat Pohon-pohon pinus yang berjejer rapi di kanan-kiri jalan dan sayur-mayur di petak-petak pertanian, melihat bunga-bunga serta memetik buah strawberry, dsb