Ruang Baca

Ruang Baca

Kamis, 13 Juli 2017

Berburu Buku Traveling

Kalau ditanya buku apa yang patut saya rekomendasikan bagi para pecinta traveling pasti saya akan menjawab ada dua buku yang patut dibaca oleh pecinta traveling yaitu buku Ring of Fire dan satunya lagi buku Rakata dan Rinjani. Buku Ring of Fire memang buku yang sudah lama banget tapi worth to read, buku yang ditulis Lawrence bersaudara pada tahun 1970-an ini berkisah tentang petualangan mereka mengelingi Indonesia. Tak perlu saya lebih-lebihkan pun buku ini memang luar biasa dan terkenal sampai saat ini. petualangan Lawrence bersaudara ini benar-benar seperti dongeng yang mengisahkan keindahan Nusantara. Bagi mereka berdua petualangan mereka disini itu bagai petualangan di negeri mimpi di kala terjaga.
Buku kedua yang saya rekomendasikan adalah Rakata dan Rinjani, sebuah novel yang berkisah tentang perjalanan sang tuan gunung berapi Rakata dan jurnalis muda Rinjani. Novel ini mengajak pembacanya untuk memaknai kesederhanaan, perjalanan bukan hanya soal kesenangan dan keindahannya saja tapi juga maknanya. Bagi saya pribadi, novel ini sudah sukses membuat saya balik lagi ke toko buku dan membeli buku :D

Rabu, 12 Juli 2017

Keindahan Alam Jawa Tengah

Kisah perjalanan saya kali ini dimulai dengan Bis jurusan sby-jogja, dengan tujuan akhir dari perjalanan saya tersebut bukan Solo atau Jogja tapi Klaten. Seperti umum diketahui, obyek wisata yang paling terkenal di kota ini adalah Candi Prambanan tapi untuk kali ini saya enggak akan mengunjungi ataupun menulis tentang Prambanan. Yepp, tujuan perjalanan saya kali ini bukan sebagai turis tetapi cuma sebagai pejalan yang suka menikmati keindahan alam. Saya benar-benar menikmati kehidupan sehari-hari yang ada di Klaten, berbaur dengan warga yang ada di pasar, jalan-jalan keliling dan belajar bahasa dengan baik dan benar^^. Setelah beberapa hari menginap di Klaten, perjalanan saya lanjutkan ke Jogjakarta, tampak dari kejauhan gunung Merapi dengan angkuhnya memamerkan keindahannya, sangat menggoda untuk didaki^^
Di Jogja, saya tak lama karena perjalanan saya lanjutkan ke kota bunga Magelang, salah satu kota peristirahatan yang indah di Jawa Tengah. Tujuan saya memang ke Muntilan tapi tidak untuk menyapa Borobudur, di sana saya hanya beli salak dan menikmati keindahan alamnya. Kemudian perjalanan saya lanjutkan ke terminal Tidar, saya harus mengejar Bis ke Temanggung, ternyata Bis jurusan Magelang-Temanggung hanya sampai jam 6 petang. Untunglah hari masih sore ketika saya ke Temanggung. Di tempat ini saya lumayan lama menginap karena kebetulan ada kerabat yang tinggal disitu. Selama menginap di sana setiap pagi saya selalu disambut dengan keindahan gunung Sindoro dan gunung Sumbing. Tempat ini benar-benar subur karena dikelilingi pegunungan, airnya dingin dan masyarakatnya ramah. Dari Temanggung saya meneruskan perjalanan ke Wonosobo, tujuan saya kawah Dieng. Angkutan umum dari Temanggung ke Wonosobo mudah ditemui, hanya saja kudu milah-milah juga mana angkutan yang langsung me Wonosobo dan mana yang cuma nyampai perbatasan Temanggung. Ada kisah tak terlupakan di sini, saya kena teguran petugas Parkir gegara saya nungguin bis di pinggir jalan yang salah. Petugas parkirnya Sudah jelasin panjang lebar pake Bahasa Jawa halus dan bodohnya saya enggak ngerti^^(kayaknya sy enggak lulus pelajaran bhs jawa) sampai akhirnya petugas parkir tersebut ganti haluan pake bahasa Indonesia dan bilang saya harus nyebrang dulu ke sebelah kiri jalan klo mo naik Bis ke Wonosobo hihihi...sabar yak pak petugas
Gunung Sind0ro
Gunung Sumbing
Dari Temanggung saya ke Semarang, menikmati keindahan gunung Merbabu, jalan yang berkelok-kelok dan keindahan suasana alam pegunungan.
Gunung merbabu
Banyak pemandangan indah yang tak tertangkap kamera. Saya hanya manusia biasa, tak sanggup melukiskan semua keindahan ini
Pada akhirnya perjalanan harus saya akhiri dengan Bis jurusan Semarang-Surabaya. Badan sudah capek semua dan saya pun tertidur di dalam bis.

Selasa, 11 Juli 2017

Menyapa Anyer

Ngebolang ke Anyer selalu mengingatkan saya dengan kisah pembuatan jalan legendaris bikinan Dandles yang membentang antara Anyer-Banten sampai Panarukan-Situbondo Jatim. Sebuah proyek prestisius pada zaman penjajahan yang memakan ribuan pekerja pribumi. Tentunya, Anyer yang sekarang beda dengan Anyer pada zaman penjajahan dulu, jalan Dandles yang masih ada disini tidak lagi menjadi satu-satunya jalan yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa dengan bagian timur Pulau Jawa.
Ah,..lupakan sejenak kisah jalan Anyer, biarlah mercu suar yang masih berdiri kokoh di pinggir pantai menjadi saksi kisah perubahan yang ada di sini. Mari menikmati keindahan pantai yang ada di Anyer
Hari masih pagi ketika saya menyapa Anyer, pantai masih sepi, hanya tampak beberapa pengunjung yang menikmati pantai ini. Mungkin beda lagi ceritanya kalau saya datang pas liburan atau weekend, pengunjung tumpah ruah disini sampai-sampai saya terkadang enggak nyaman menikmati pantai
Suasana pantai yang sepi ini membuat saya dan kawan-kawan saya bisa menikmati suasana pantai dengan sepuas-puasnya. tak kurang dua kamera dan beberapa hp kepenuhan memori dengan kenarsisan kawan-kawan saya. hehehe...saya cuma bisa mengeleng-gelengkan kepala liat tingkah kenarsisan mereka. Bagi saya pribadi, suasana pantai yang damai ini menenangkan dan saya pun sibuk mengambil angle-angle poto yang menarik.

Senin, 10 Juli 2017

Berburu Buku

Sudah lama banget saya tidak menulis tentang buku, setiap tahun setelah pulang dari book fair saya selalu bilang bahwa saya ingin menulis disini tentang kegiatan berburu buku di pameran buku tersebut tapi sampai saat ini, niat itu tinggal niat saja karena keinginan tersebut tak pernah terwujud.
Ada beberapa event pameran buku yang rutin saya dan keluarga saya datangi, diantaranya tahun kemarin kami mengunjungi IBF, Int Book Fair dan Gramedia Book Fair. Setiap pameran buku memiliki kesan tersendiri, misalnya di Intf book fair, saya terkesan dengan pameran kesenian angklung yang ditempatkan dekat pintu masuk, sehingga para pengunjung bisa mengapresiasi kesenian asli indonesia tersebut.
Tahun ini pameran buku yang barusan kami kunjungi adalah IBF, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya IBF diadain di Istora, tahun ini IBF ditempatkan di JCC dan sebelum masuk ke pameran para pengunjung dipersilahkan untuk membeli tiket, hal ini tidak berlaku pada tahun-tahun sebelumnya. Well, suasana baru tapi tidak mengurangi keramaian pameran, pengunjung tetap harus berdesak-desakan dan antri dalam berburu buku.

Minggu, 09 Juli 2017

Proyek Ketupat

Untuk tema DIY kali ini saya namain dengan nama proyek ketupat, bukannya saya bikin proyek masak ketupat tapi lebih tepatnya karena proyek ini bertepatan dengan suasana lebaran maka saya namainnya ketupat^^(seperti lazim diketahui lebaran identik dengan ketupat, terutama untuk orang-orang di belahan bumi sini klo lebaran pasti pada sibuk bikin ketupat). Rencana awalnya proyek ketupat ini akan saya isi dengan membuat lukisan, saya ingin melukis dan menyulam taplak meja tapi pada prosesnya rencana tersebut tinggal rencana, pas mudik, cat akrilik dan kuas-kuas saya hilang entah kemana dan ketika mo nyulam pun bahan-bahannya tidak layak pakai, mo enggak mau saya pun berganti haluan untuk membuat hiasan dinding sederhana dari paper qulling. selain itu saya membuat tapkak sederhana dari bahan kain polos dan kain berpola. Untuk hiasan meja saya memakai bunga hidup yang saya taruh di pot-pot kecil dan beberapa wadah bekas jeli. pot-pot tersebut saya hias sederhana dengan kain perca bekas menjahit. Lumayan ribet juga nyelesaiin ini semua, untunglah H-1 lebaran semuanya sudah selesai saya kerjakan dan tinggal merapikan saja. Berikut ini sebagian dari hasilnya:
Catatan:
1. Bahan paper Quilling bisa dibeli di toko buku, ada dua ukuran kertas yang saya gunakan. contohnya seperti di bawah ini
2. Jarum yang digunakan untuk menggulung kertas bisa dibeli di toko handycraft atau toko alat tulis. Contohnya berikut ini
3. Sebelum membuat hiasan paper quilling, kertas-kertas harus digulung. Jumlah gulungannya tergantung dengan pola hiasan yang akan dibuat. Misalnya ingin membuat kaligrafi dari paper quilling maka jumlah gulungan kertasnya yang harus dibuat bisa ratusan. Warna kertas juga disesuaikan dengan pola hiasan yang akan dibuat. Kalau untuk saya pribadi, karena pola hiasan yang saya buat adalah bunga maka warna kertas yang saya gunakan adalah kuning, cokelat, hijau, merah muda dsb. Contoh gulungan kertasnya
4. Lem yang digunakan untuk merekatkan gulungan kertas sebaiknya tidak terlalu basah karena kalau terlalu basah bisa merusak kertas. Lem tersebut juga sebaiknya yang melekat kuat ke bingkai sehingga gulungan kertas tidak mudah jatuh
5. Bingkai untuk hiasan bisa menggunakan bingkai foto atau bingkai kayu khusus.