Tanaman Pekarangan

 Dulu, biasanya di setiap halaman rumah, ada berbagai jenis tanaman. Terkadang tidak cuma ada tanaman hias, tapi juga ada tanaman sayur-mayur, tanaman buah. Bahkan ada juga yang sengaja menanam tanaman obat. 

Seiring dengan perkembangan zaman, kebiasaan tersebut mulai terkikis sedikit demi sedikit. Terkadang dengan alasan malas, dan alasan kesibukan membuat manusia semakin ingin praktis. Tidak mau bersusah payah menanam pekarangan. Bahkan terkadang semua halaman rumahnya diplester atau dipasangin ubin. Biar lebih praktis dalam membersihkan.

Padahal kebiasaan sejak zaman nenek moyang ini sangat bagus, dengan tanaman pangan di halaman rumah setidaknya kita tidak terlalu bergantung pada pedagang bahan. Terus dengan menanam tanaman di pekarangan itu sama saja dengan menyumbang oksigen di bumi. Tanaman yang ditanam bisa digunakan untuk penghijauan.

Memang tidak mudah menanam tanaman bagi orang yang memiliki waktu luang sedikit, apalagi ditambah dengan lahan untuk menanam semakin sempit. Butuh usaha dan ketekunan yang tidak sedikit untuk menanami lahan pekarangan. Tidak semua orang mau melakukannya.

Meskipun tidak mudah tapi sangat worth it dengan kegiatan tanam-menanam ini bisa jadi kegiatan terapi bagi yang nanam, pelepasan dari rutinitas sehari-hari yang melelahkan.

Gowes

 

Gowes sepeda adalah sesuatu yang menyenangka. Karena kita bisa menikmati keindahan alam dengan gowes sepeda. Terkadang, saking sukanya bersepeda maka dari habis shubuh, udah curi start untuk gowes. Mumpung udara masih segar dan matahari belum terik-teriknya.

Apalagi saat pulkam, aktivitas makin menyenangkan, karena jalan-jalan di kampung Jawa itu masih banyak pohon, sepi, dan jalannya mendatar.

Beda sekali dengan daerah pinggiran Bogor, jalannya naik turun, terus belum lagi banyaknya truk-truk besar, membuat kegiatan gowes kurang maksimal.

Memori 2023

 Kenangan datang silih berganti, adakalanya senang, penuh canda. Terkadang suram, muram dan menyedihkan. Itulah hidup, apapun warna kehidupan yang telah dilalui, akan menjadi cerita di masa yang akan datang.

Terkadang kita tidak puas dengan segala hal yang telah kita jalani, wajar, karena itulah yang bikin kehidupan lebih menarik dan menantang.

Memilih Tempat Perkemahan

 Sebelum berkemah, sebaiknya mengenal lebih dulu tempat yang akan menjadi tempat perkemahan. Misalnya bagaimana posisi lokasi tersebut, keamanannya, sumber airnya ada apa tidak. So, dengan berbagai pertimbangan tersebut, saya dengan beberapa teman mengunjungi beberapa tempat yang bisa menjadi pilihan lokasi perkemahan.

Lokasi yang kami tuju kali ini di kecamatan Ciseeng. Ada beberapa pilihan tempat perkemahan. Salah satunya yang kami tuju ini di dekat sungai.

Secara keseluruhan, tempat ini asyik untuk kemah, nuansa alaminya masih terasa. Apalagi disekitarnya masih ada sawah-sawah penduduk, Empang.

Kelebihan tempat ini, selain kemah, pengunjung juga bisa menikmati olahraga outbound seperti arung jeram, rayapan.

Puncak-Bogor Rasa Jawa

 Tanpa terasa, libur akhir tahun sudah tiba. Bagi kalian yang liburan di puncak, tempat ini bisa menjadi rekomendasi untuk tempat berlibur. Lokasi hotelnya yang berada di jalan raya utama Bogor-Cianjur, membuat tempat yang satu ini sangat mudah untuk dijangkau. Bagi yang mau menggunakan kendaraan umum pun tidak masalah, karena di depan pintu hotel sudah jalan raya utama, banyak angkot yang hilir mudik, belum lagi taksi dan ojek online.

Ada beberapa rumah tradisional yang bisa disewa, satu rumah ada yang isi dua atau empat kamar.

Di depan rumah-rumah tersebut ada lahan hijau yang ditanami padi, menambah damai suasana.

Saat malam, suasana berubah menjadi romantis dengan adanya penambahan-penambahan lampu.

Hotel new Ayunda ini tepat jadi pilihan bagi kalian yang ingin healing 

Bumi Manusia

 Salah satu masterpiece karya sastra Indonesia, yang layak menjadi koleksi perpustakaan kalian. Bumi Manusia adalah salah satu novel dari tetralogi buru yang ditulis oleh sastrawan Pramoedya Ananta Toer selama menjadi tahanan politik di Pulau Buru. 

Novel ini menceritakan tentang Minke, seorang siswa HBS Soerabaya, yang juga anak dari bupati kota B. Minke adalah gambaran dari kaum terpelajar dari zaman penjajahan Belanda. Pergulatan pikirannya yang berjuang untuk negerinya lewat pena. Iya, selain pelajar HBS, Minke juga seorang penulis.

Sekolah atau tidak sekolah?

 Tanpa kita sadari terkadang kita mendengar pernyataan seseorang bahwa tidak perlu sekolah klo memang ingin sukses? Sedangkan di sisi lain kita juga melihat bagaimana peran sekolah mengubah nasib anak marjinal menjadi kesuksesan. Lalu dari kedua kondisi tersebut mana yang paling benar? 

Untuk menjawab pernyataan tersebut kita kembali ke belakang dulu, kisah salah satu negara maju yang dulu pernah dibom atom oleh pihak tentara sekutu, ya saat itu Jepang kalah perang setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, satu hal yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan guru, menghidupkan kembali sekolah, sampai akhirnya terbukti Jepang menjadi salah satu negara maju dalam teknologi. Dari kisah ini kita bisa tahu pentingnya sekolah dan pendidikan yang bagus di suatu negara. 

Lalu jangan kita pungkiri kenyataan bahwa ada juga beberapa orang yang sukses meskipun tidak mengenyam bangku sekolah. Karena sejatinya pendidikan itu bukan hanya di bangku sekolah. Selama manusia itu mau belajar keras, bisa sukses juga meskipun tidak menempuh bangku sekolah formal.

Umur tidak menjamin Kedewasaan

 Pernah, dalam satu perjalanan saya bersisian dengan ibu-ibu berusia 60an. Oke, itu bukan sesuatu yang istimewa, karena dalam perjalanan, kita bisa bertemu siapa saja, dengan rentang usia yang tak terbatas. Tapi yang membuat perjalanan ini sedikit berbeda adalah selama dalam perjalanan, kami, para penumpang bis malam, yang berada di dekatnya merasa terganggu, ada saja ulah beliau yang membuat beberapa penumpang terbangun dari tidurnya, sebut saja beliau ngomelin anak muda yang di belakangnya, atau ngehardik ibu-ibu yang noleh ke arah beliau. Dan puncaknya, ketika beliau meremas botol air minum kosong, yang menggangu penumpang lain.

Memang, umur tidak menjamin Kedewasaan, tapi klo ketemu langsung hal yang demikian, rasanya sudah tidak bisa berword-word😂. Mau ditegur atau dinasehati nanti malah menjadi-jadi. Makanya lebih baik diacuhkan sehingga berhenti dengan sendirinya.

Jadi bisa disimpulkan bahwa umur bukan patokan bagi seseorang untuk dewasa, terkadang pengalaman hidup, tempaan dan ujian kehidupan membuat seseorang dewasa

Teman tapi

 Pernahkah kalian merasa, ada teman yang dekat dengan kita ketika dia ada masalah aja. Giliran dia lagi bahagia, sukses dan berkecukupan tiba-tiba dia enggak inget lagi klo kita itu temannya 😆 

Pastinya agak gimana gitu klo ketemu teman model begini, apalagi motifnya kerasa banget , dia temenan sama kita cuma karena butuh dukungan, teman curhat dan bantuan. Selebihnya dia tidak mau tahu, apalagi berperan sebagai teman yang ada dalam suka maupun duka. Tidak peduli dengan orang yang dia anggap teman.

So, kudunya diapain teman yang model begini?

Menjelang Ramadhan

 Tanpa terasa, sebentar lagi bulan puasa datang. Rasanya baru kemarin kita lebaran, sekarang udah puasa Bae. Ini bukan bulan biasa dan sangat diharapkan kehadirannya.

Kemah

Well, tidak sempurna rasanya menikmati keindahan alam tanpa berkemah. Yep, kali ini saya akan mengulik tentang perkemahan. Khususnya lagi kemah di Buper (bumi perkemahan) yang ada di daerah Bogor. Salah satu daerah yang sudah terkenal dengan banyaknya pilihan tempat untuk berkemah.

Bumi perkemahan ini lumayan aman, dengan luas lahan sekitar 4 hektar, sang developer memasang tembok besar sekeliling Buper. Sehingga pintu masuk Buper cuma satu yaitu gerbang utama. Dengan adanya cuma satu pintu masuk, kendaraan dan orang yang keluar masuk bisa diawasi lebih mudah.

Dari segi fasilitas, Buper ini lumayan lengkap, apalagi area perkemahan juga dilengkapi joglo luas yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan tambahan saat kemah, misalnya bagi yang muslim, joglo tersebut bisa dimanfaatkan untuk kegiatan sholat berjamaah, atau bisa dijadikan camp darurat saat hujan deras.

First Love : Hatsukoi

 Awalnya nonton drama Netflix ini gegara bang Sato yang main, itu motif utamanya : D tapi ketika udah nonton, perhatian saya tercuri dengan akting pemeran utama wanita aka Hikari Mitsushima dan pemeran pendukung (Sato kecil ) aka Taeisei Kido. Kedua aktor ini benar-benar bisa menyampaikan emosi drama ini dengan utuh, begitu riil. Dari 9 episode drama, perhatian saya jadi fokus ke kedua aktor ini.

Secara ide cerita drama ini terdengar klise, sering kita jumpai dalam kisah cerita dan film cinta pertama, tidak ada yang baru, kisah cinta 2 manusia dari masa sekolah, kemudian ceweknya amnesia dsb. Tapi yang bikin drama ini beda adalah pengemasan cerita dan sudut pandang yang berbeda. Sutradara dan penulis skenario drama ini berhasil menyajikan cerita biasa saja menjadi sesuatu yang tidak biasa, sangat menyentuh dan menguras emosi penonton. Begitu juga pemilihan aktor dan aktris yang tepat membuat drama ini banyak ditonton dan termasuk sukses di pasaran. Bahkan para penonton yang tidak biasa menonton drama Jepang pun menyukai drama ini.