Ruang Baca

Ruang Baca

Minggu, 31 Desember 2017

Mbrebes Mili

Terkadang pas nonton pilem atau drama, air mata kita ngalir deras tanpa disadari  😂😂. Saking bapernya dengan kisah dalam pilem atau drama tersebut perasaan kita mengharu biru. Memang menangisi hal-hal yang menyentuh hati itu wajar tapi kalau sampai berlebihan jadinya terlihat lucu dan menggelikan. Kalau sampai efek baper tersebut mempengaruhi kita secara negatif, berarti kita rugi. Bolehlah mbrebes mili air mata kita pas lihat pilem atau drama menyentuh tapi jangan sampai merugikan kita efeknya^^

Nanem Sayur dan Empon-Empon, Kenapa Tidak?

Tulisan ini terinspirasi oleh salah satu pojok sebuah kampung di Surabaya. Ketika orang-orang bingung dengan melangitnya harga cabe, warga pojok kampung ini tak terpengaruh. Selidik punya selidik ternyata warga kampung ini terbiasa menanam sayur dan empon-emponan di sekitar rumah mereka. Padahal sama seperti di kota lain, di Surabaya lahan kosong mereka tak ada karena padatnya rumah-rumah yang ada di kawasan tersebut tapi mereka tetap bisa memaksimalkan kegiatan nanem mereka. Mereka memanfaatkan apa saja yang bisa dijadikan pot untuk wadah media tanam mereka. Kalau dipikir-pikir ini adalah kegiatan positif yang layak ditiru bagi yang lain. Kegiatan ini tak makan banyak biaya dan mudah dilakukan oleh semua kalangan.
Kalaupun tidak sempat membeli bibit, sisishkan aja dari sayuran yang kita beli untuk jadi bibit. Misalnya kalau kita beli cabe, sisakan biji yang ada di bagian tengah cabe tersebut, biarkan beberapa saat agar mengering lalu sebar ke media tanam yang telah kita buat. Mudah kan? Met mencoba.....

Sabtu, 30 Desember 2017

Kisah dengan Kereta

Perjalanan dengan kereta selalu memiliki kesan tersendiri. Banyak kisah yang terjadi, masih ingat jelas ketika beberapa tahun lalu, begitu hiruk pikuknya perjalanan dengan kereta. Kadang, ada rasa jengkel, dan kesal ketika para pedagang hilir mudik nawarin dagangan padahal saat itu untuk berdiri saja susah karena penuhnya kereta. Belum lagi tukang ngamen, tukang sapu dadakan, orang yang meminta sedekah yang susah menerima kata tidak. Ada banyak kisah dari perjalanan kereta tersebut.
Sekarang kisah dengan kereta udah beda lagi. Angkutan anti macet ini menjadi pilihan banyak orang karena anti macet, bersih dan pelayanan yang semakin baik. Meskipun terkadang kita kangen juga dengan suasana kereta yang lama^^

Jumat, 29 Desember 2017

Nanem Pohon, Kenapa Tidak?

Awalnya saya mau ngasih tulisan ini dengan judul suka duka nanem pohon. "Lol" Benar-benar judul yang enggak banget sampai akhirnya saya nemu judul yang satu ini. Nanem pohon, kenapa tidak?
Seringkali kita dengar gerakan nanem pohon, biasanya kegiatan nanem tersebut rame-rame dan diorganisir. Well, kenapa tidak kita juga nanem sendiri mulai dari lingkungan terdekat kita. Misalnya dari halaman rumah kita atau lahan-lahan kosong yang kita miliki. Lalu bagaimana caranya kalau kita tidak memiliki lahan kosong? Gampang....sekarang sudah banyak sekali cara nanem untuk yang tak punya lahan, dan cara nanem di lahan yang terbatas. Kita bisa pake teknik tambulampot (nanem pohon buah dalam pot), teknik vertical garden dan sebagainya.
Banyak manfaat yang bisa kita dapat dari nanem pohon selain dapat oksigen gratis dari pohon tersebut, kita juga dapat memetik buahnya kalau pohon tersebut berbuah (asal yang ditanam pohon buah yak bukan palem atau pohon bambu). Memetik buah dari hasil nanem sendiri itu benar-benar tak bisa diungkapin dengan kata-kata (mulai lebay deh), pokoknya jauh lebih berkesan daripada beli di pasar buah. Selain itu dengan nanem pohon atau tanaman kita telah menanam satu buah kebaikan di bumi ini (ceileh....ini bonus plusnya).
Suka dukanya apa klo nanem pohon?, banyak juga apalagi kalau kita pulang ke rumah, capek-capek dan ngeliat halaman rumah kita sudah penuh dengan guguran daun dari pohon tersebut. Itu benar-benar momen yang emosional banget, antara pengen jerit, kesel dan senyum gigit-gigit bibir :D yep diasyikin aja kondisi tersebut.

Kamis, 28 Desember 2017

Mempercantik Note/Buku Catatan Bekas

Untuk ide kali ini gimana caranya agar note-note/buku catatan yang biasanya kita dapat dari seminar atau pelatihan, tampilannya lebih cantik atau menarik. Karena berdsarkan pengalaman pribadi, jika selesai pelatihan atau seminar note yang didapat langsung dianggurin dan dibiarkan berdebu.^^ So, untuk menyiasati hal tersebut, note-note tersebut harus didaur ulang biar terpakai lagi.
Cara mendaur ulangnya sederhana banget, catatan-catatan bekas kita kumpulkan jadi satu lalu halaman note yang belum terpakai kita lem lagi. Agar tampilannya lebih menarik, cover note tersebut juga perlu kita ganti. Cover tersebut bisa dengan kertas daur ulang yang sudah dipotong-potong sesuai ukuran note. Untuk hiasannya, kita bisa menggunakan kain flanel yang digunting-gunting sesuai pola yang diinginkan. Hasilnya seperti ini

Rabu, 27 Desember 2017

Blogger atau Penulis?

Kalau hal tersebut ditanyakan ke saya pasti saya bingung menjawabnya karena bagaimanapun kriterianya saya belum layak dikategorikan sebagai blogger atau penulis. Lalu apa, dong? ^^ Saya hanya orang yang suka nulis~~ Ini semua mengalir begitu saja, menuliskan apa yang terlintas di pikiran saya meskipun itu hanya berupa sebaris atau dua baris kalimat. Saya suka berbagi dengan tulisan karena dengan tulisan saya bisa intropeksi diri dan belajar banyak hal. Untuk inspirasi, saya tak mendasarkan ini semua karena seseorang atau fandom tertentu :D (mungkin bbrp thn lalu jwbn sy beda) tapi kali ini benar-benar dari hati. Saya hanya ingin nulis dan nulis.

Mengenang Pak Git

Masih teringat jelas sesosok figur bertubuh besar yang selalu duduk di koridor kampus, otomatis mahasiswa yang baru datang atau pergi dari kampus harus melewati beliau. Hal ini sangat menyebalkan bagi kami, para mahasiswa TP. Penyebabnya sih sepele, kami tidak bisa lewat begitu saja, ada beberapa pertanyaan yang selalu dan selalu beliau tanyakan “Kamu berasal dari mana? Masih adakah lahan-lahan pertanian di tempatmu tinggal? Kalau ada, alat pertanian apa saja yang digunakan oleh masyarakat di sana? Jenis tanah yang ada di sana apa? Tanahnya cocok ditanami apa?dsb. Hebatnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diulang-ulang kembali ketika kami berpapasan dengan beliau, tanpa rasa bosan dan selalu dicatat. Sebaliknya, kami (para mahasiswa beliau) merasa bosan dan aneh dengan pertanyaan-pertanyaan beliau tersebut karena kami pikir jika pertanyaan dilontarkan sekali selama satu bulan akan wajar dan tak jadi masalah tapi ini setiap bertemu selalu menanyakan hal yang sama, siapa sih yang enggak bosan dan uring-uringan?. ^^ Makanya setiap datang atau pergi dari kampus, kami selalu mengendap-endap agar tak bertemu dengan beliau. Kalaupun kami bertemu pasti ada seribu alasan untuk mangkir dari pertanyaan-pertanyaan beliau.
Lain lagi ceritanya kalau waktu kuliah. Setiap waktu mata kuliah beliau, kami akan berebutan tempat duduk di barisan tengah. Istilahnya kami gontok-gontokan dulu untuk dapat tempat duduk di barisan tengah karena enggak mungkin kan semua mahasiswa beliau dapat tempat duduk tersebut. Beliau terkenal sangat alergi dengan mahasiswa yang duduk di barisan belakang. Pasti, sebelum kuliah beliau dimulai, mahasiswa-mahasiswa yang duduk di barisan belakang harus pindah ke depan. Ini hal yang kami hindari banget karena kami, para mahasiswa yang otaknya alakadarnya sangat alergi untuk duduk di barisan depan. Kami tak ingin mempermalukan diri kami dan sebisa mungkin menghindari barisan depan. ^^ Sudah bukan rahasia umum lagi kalau Pak Git suka melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada para mahasiswa yang duduk di depan. Apalagi beliau sudah kondang dengan kegalakannya, tidak ada ampun bagi mahasiswa yang tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan beliau.
Alkisah, pada salah satu kuliah beliau, seorang teman kami berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan beliau dengan lugas dan sebaik-baiknya. Tetapi respon beliau sungguh di luar dugaan, teman kami tersebut disemprot habis-habisan karena menurut beliau, teman kami tidak mendasarkan jawabannya dengan dasar-dasar ilmu, hanya berupa perkiraan. Ujung-ujungnya teman kami mendapat ceramah panjang: .............”Sebagai sarjana TP harusnya lebih ahli dari petani yang ditelitinya. Bukannya hanya asal mengikuti cara yang lazim digunakan oleh para petani. Tetapi harus lebih banyak tahu dan bisa membuktikannya secara ilmiah bla....bla...bla... “ Pernah juga salah satu teman perempuan kami merasakan kegalakan beliau, gara-garanya mahasiswi tersebut tidak bawa buku catatan kuliah. Penyebabnya sih klasik ‘kelupaan karena sibuk mengerjakan laporan praktikum.’ Ehmm..bisa ditebak akhirnya, mahasiswi tersebut mendapat nasihat panjang lebar dari beliau: ...”Sebagai manusia harusnya malu dengan keteledoran tersebut. Seorang muslimah harus menunjukkan identitasnya, sebagai bukti ketaatannya sebagai hamba bla...bla... “ Bagi beliau, catatan itu sama pentingnya dengan kehadiran mahasiswa di ruang kuliah beliau. Makanya, beliau tidak segan-segan menegur mahasiswa yang tidak membuat catatan dari materi kuliah beliau.

Selasa, 26 Desember 2017

Tentang Ujian Diri

Pagi itu, saat naik angkutan umum tak sengaja saya ketemu dengan tetangga saya. Setelah sedikit berbasa-basi, obrolan secara tiba-tiba bergeser ke topik tetangga-tetangga yang lain. Walhasil, dengan susah payah saya nyambung ke topik tersebut sambil sedikit mengingat-ngingat nama tetangga saya^^(ketahuan kan kalau saya enggak hapal tetangga kanan-kiri). Saya tak ingat persis apa yang diobrolin saat itu, hanya beberapa kata saja yang tertangkap jelas di pikiran saya. Ada hal menarik yang diungkapin tetangga tersebut ketika membahas tetangga kami yang bernama (sebut saja namanya Mbak A). Di mata kami, Mbak A itu perempuan cantik yang cerdas dan sangat mandiri. Setelah kehilangan orang tuanya Mbak A harus menjalani operasi, dan penyakitnya pun tak main-main karena berhubungan dengan otak. Menanggapi hal tersebut saya cuma bilang ke tetangga saya bahwa kita seharusnya bersyukur dikasih badan sehat dan ujian diri yang biasa-biasa saja. Tetapi tanggapan tetangga saya lain lagi, tetangga saya bilang bahwa derajat Mbak A lebih tinggi beberapa tingkat di atas kita karena ujian diri yang Mbak A jalani lebih sulit dan bertubi-tubi. Mbak A lebih kuat dari kita, tingkatannya pun lebih tinggi dari kita.
Well, tanggapan tersebut membuat saya berpikir lagi bahwa apa yang dinyatakan oleh tetangga saya ada benarnya juga karena bukankah Tuhan hanya memberi cobaan dan ujian diri sesuai kemampuan dari masing-masing manusia. Berarti kalau seorang manusia diuji dengan bermacam-macam cobaaan itu tandanya kemampuan dirinya lebih dari manusia-manusia lainnya.
Sayangnya kita sering tak menyadari hikmah tersebut. Terkadang malah kita hina-hina dan kita rendahkan orang-orang yang sedang diuji oleh Tuhan. Atau kalau tidak kita hina, orang yang sedang diuji tersebut kita kasihani dengan berlebihan. Padahal seharusnya kitalah yang harus dikasihani karena boleh jadi orang yang diuji tersebut lebih dicintai Tuhan daripada kita.

Senin, 25 Desember 2017

Berbagi

Kawan, sudahkah kita berbagi hari ini?. Berbagi kepada orang lain tak hanya berupa harta tapi berbagi juga bisa dalam bentuk lain, misalnya berbagi perhatian kepada orang yang membutuhkan, berbagi senyuman, atau berbagi dengan tulisan. Sepertinya berbagi yang seperti itu tidak terlalu sulit bagi kita, berbagi dengan hal-hal yang kita bisa. Kenapa harus berbagi? karena dengan berbagi itu sama aja dengan ungkapan syukur kita kepada yang maha segalanya.

Minggu, 24 Desember 2017

Senayan, di Minggu Pagi

Minggu pagi bagi sebagian dari kita adalah hari leyeh-leyeh di rumah, maless banget rasanya untuk bangun pagi. Tapi, di Senayan lain ceritanya. Minggu pagi benar-benar banyak orang yang beraktivitas di sana.
Tempat yang nyaman untuk menikmati suasana pagi

Benteng Pribadi

Ada ungkapan menarik dari Eri Sufid tentang psikologi diri. Ungkapan tersebut tertera dalam cerpennya yang dimuat dalam Majalah Anita. Ungkapannya sebagai berikut:
Ungkapan ini ada benarnya, karena tanpa kita sadari kita mengalami serangan kata-kata negatif ke diri kita. Bisa saja serangan tersebut berupa caci maki, hinaaan, atau kata-kata negatif lainnya yang membuat kita jengkel, kesel, down dsb. Untuk itulah benteng pribadi sangat dibutuhkan, tak ada pertahanan psikologis terbaik kecuali dari diri kita sendiri, yang bisa menangkal segala cacian, makian dan cercaan orang. Pertahanan psikologi yang bisa menguatkan diri kita dari dalam.

Sabtu, 23 Desember 2017

Membuat Kembang Hias dari Kain Flanel

Untuk ide kali ini saya membuat kembang hias dari kain flanel, caranya sih sama saja dengan cara membuat kembang yang ada di tutorial-tutorial sosmed. Kain flanel digunting-gunting setengah bulatan, lalu 5-6 bulatan tersebut kita sambung dengan menggunakan benang. Untuk putik kembangnya saya menggunakan kain flanel juga, kain tersebut saya gunting mengikuti pola lingkaran kecil lalu saya tempelkan putik tersebut ke mahkota kembang
Untuk batang kembang dan potnya saya memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar, untuk batang saya menggunakan lidi bekas dan potnya dari wadah gelas bekas selai. Gelas bekas Selai tersebut saya isi dengan pasir lalu saya tancapkan lidi-lidi yang sudah dirangkai dengan kembang ke pasir tersebut. Untuk daunnya, kain flanel warna hijau digunting-gunting sesuai dengan pola daun lalu guntingan tersebut ditempel pada batang lidi dengan menggunakan lem
Hasilnya seperti ini

Jumat, 22 Desember 2017

Mengenang Mbak Sri

Semua milik-Nya dan akan kembali pada-Nya. Terkadang ada seseorang yang bukan siapa-siapa kita tapi hadirnya memiliki kesan yang mendalam bagi kita. Begitulah kira-kira sosok Mbak Sri bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Mbak Sri sosok perempuan yang tangan dan kakinya ringan untuk menolong orang lain. Kalau ada orang yang kesusahan, pasti Mbak Sri akan berada di barisan paling depan yang menolong orang kesusahan tersebut. Makanya, tak heran ketika Mbak Sri sakit, orang berjubel memenuhi rumahnya untuk menengok dan mendoakannya. Mbak Sri memang bukan sosok pejabat dan orang penting, tapi hadirnya begitu dikenang orang.
Selamat Jalan, Mbak Sri. Semoga kebaikan Mbak, diridhoi-Nya

Kamis, 21 Desember 2017

Mempercantik Tas Kanvas Bekas

Idenya sih sederhana: gimana caranya agar tas kanvas yang compang-camping ini bisa tetap layak pakai
Akhirnya untuk wujudin ide tersebut, saya menggunakan perca batik (kain batik sisa membuat baju) sebagai cover tas kanvas tersebut, untuk permukaaan dalamnya tas saya tutup dengan kain bekas dalaman (bekas dalaman tas yang udah rusak). Untuk mempercantik tampilan tas kanvas tersebut saya menggunakan syal sebagai selempangnya. Jadi selempang tas kanvas saya jahit dengan syal yang sudah saya gunting-gunting. Hasil akhirnya seperti ini

Senin, 18 Desember 2017

Catatan Tahun Ini

Sejujurnya, saya bersyukur ketika ngeliat arsip blog saya dan ternyata catatan saya tahun ini nambah dua kali lipat^^ Mungkin sedikit norak-norak memalukan ya karena isi tulisan tersebut kebanyakan enggak jelas dan enggak keedit :D tapi ini udah perbaikan bagi saya karena saya ngerasain gimana susahnya ngatur mood untuk ngeblog, belum lagi kebentur urusan lain. Memang sih, godaan untuk aktif di sosmed lain lebih besar, apalagi di blog semakin sepi tapi entah kenapa blog masih jadi pilihan tersendiri bagi saya. Mungkin, karena di blog saya lebih bebas menuangkan uneg-uneg saya >_<
Semangat ngeblog kali ini muncul mungkin karena kebawa suasana dengan akun ig baru saya hirahanun. Di akun tersebut memang saya cuma nyeritain perjalanan saya dalam sebaris atau dua baris caption tapi kebiasaan nulis caption pendek-pendek tersebut membuat semangat nulis saya tumbuh kembali. Dan efeknya pengen ngeblog lagi meskipun isi postingannya juga pendek-pendek kayak caption ig^^, ya sudahlah.... Moga besok lebih baik lagi

Minggu, 17 Desember 2017

Kisah dari Kebun Teh

Perjalanan ke perkebunan teh di Subang ini mengingatkan saya pada perjalanan beberapa tahun lalu ke perkebunan teh di Lereng Pegunungan Argopuro lebih tepatnya di perbatasan Kabupaten Jember dan Probolinggo). Saya, yang awalnya hanya tahu tentang indahnya kebun teh, jadi belajar banyak tentang proses produksi teh: dari proses pemetikan sampai pengemasan teh.
Ada banyak cerita di balik sebuah keindahan, ada perjuangan dan kegigihan para pekerja demi mewujudkan impian keluarga mereka. Nyatanya, memetik pucuk-pucuk daun teh yang bagus tak segampang seperti kita menyeduh teh setiap pagi.

Sabtu, 16 Desember 2017

Bertemu dengan Krakatau

Momen ini terjadi akhir tahun lalu. Ketika Stasiun Pasar Senen dipenuhi para traveler, pendaki dan backpacker, perhatian saya malah tertuju pada kereta yang satu ini. Siapa nyangka bahwa saya ketemu gunung yang satu ini bukan di Selat Sunda tapi di Senen ^^ Suatu kebetulan yang sukses membuat saya menyeringai lebar.

Jumat, 15 Desember 2017

Taman Mangrove

Di tempat inilah harapan itu disemai, demi terwujudnya kawasan pinggir pantai yang hijau dan minimnya dampak abrasi. Memang, menghutankan kembali kawasan pinggir pantai tak semudah seperti kita membalikkan tangan. Ada kerja keras dan keteguhan hati di balik proses tersebut. Selain itu, perlu waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun, setidaknya inilah usaha yang perlu diacungi jempol. Biarlah Tuhan yang menentukan hasilnya. Paling tidak, kita sebagai manusia kita telah berusaha dengan sebaik-baiknya.

Kamis, 14 Desember 2017

Soal Waktu

Pada akhirnya kita semua akan kembali pada-Nya, ini hanya soal waktu. Entah panjang atau pendek sisa waktu tersebut, tujuan akhirnya sudah jelas, suka tidak suka toh pada akhirnya setiap dari kita akan sampai pada batas waktu yang telah digariskan.
#justreminder

Rabu, 13 Desember 2017

Desember Rain

Judul yg enggak bgt >_< Seenggaknya tulisan ini diketik saat musim ujan lg sedeng-sedengnya yak, berkah Hujan Bulan Desember^^ Ceritanya udah lama bgt engggak ngeblog gegara enggak bisa dibuka dgn perangkat lain :'(
Sebentar lagi tahun udah berganti lagi, dan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Entahlah, semakin sering intropeksi bukannya semakin baik tapi semakin banyak terlihat kekurangan diri. Ini seperti pr yang enggak ada habis-habisnya.