Ruang Baca

Ruang Baca

Rabu, 14 Desember 2016

Jejak, serta Kisah

Awalnya saya iseng aja majang foto di akun sosmed saya, foto tersebut hasil jeprat-jepret saat saya gowes sepeda keliling kampung di Jatim. Tanpa saya nyana, foto tersebut banyak mendapat like dari teman2 sesama fans kenshin. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari foto tersebut, saya hanya berusaha mengabadikan suasana khas sebuah desa tapi rupanya bagi teman-teman yang lain foto tersebut memiliki kesan tersendiri. Dan ujung-ujungnya ada salah satu dari mereka yang meminta saya untuk terus mengambil foto saat saya ngebolang.
Dari permintaan tersebut kemudian berlanjut ke kepoan mereka tentang tempat ngebolang-nya sampai akhirnya saya musti jelasin dikit tentang dimana foto tersebut diambil. Sejujurnya saya bukan tipe orang yang suka majang foto di akun apalagi nulis tentang kisah perjalanan saya karena bagaimanapun sudut pandang orang lain tak sama, belum tentu yang saya sukai akan disukai orang lain. Apalagi saya bukan tipe orang normal, yang suka berwisata ke tempat-tempat yang terkenal meskipun saya dikasih kesempatan untuk datang ke tempat tersebut. Sampai akhirnya suatu hari teman saya Yasmin bilang bahwa negeri saya sangat indah dan enggak hanya sampai disitu, teman-teman saya yang lain seperti Maria dan Runiee juga mengatakan hal yang sama. Ternyata tanpa saya duga foto hasil iseng-iseng tersebut ikut mempromosikan negeri saya ke teman-teman saya, dan hal tersebut membuka pikiran saya bahwa sudah seharusnya saya bangga akan negeri saya (dalam artian positif), negeri yang indah ini sudah sewajarnya mendapat posisi yang layak dalam daftar tempat-tempat di dunia yang menarik untuk dikunjungi. Maka karena salah satu sebab itulah pelan-pelan saya mulai mendokumentasikan kisah perjalanan saya. Meskipun ini hanya kisah remeh temeh dan saya rasa yang lain juga mengalaminya. Siapa lagi sih yang mau datang ke negeri ini kalau bukan kita yang memulainya. Meski kadang saya suka ngedumel kalau datang ke tempat wisata, itu bukan karena negatifnya pelayanan wisatanya tapi lebih karena saya itu tipe orang yang suka ngebolang untuk dapat pengalaman daripada ngebolang untuk berwisata dan membeli suvenir.
Banyak pengalaman tak terduga pada saat ngebolang, salah satunya saat berada di wilayah perkebunan Banyuwangi, saya harus pake bahasa tarzan gara-gara ibu pekerja yang saya ajak bicara tersebut hanya bisa bahasa Madura dan sialnya saya cuma bisa bahasa Jawa dan Indonesia. Rasanya saya jadi orang paling bego sedunia (sampe mikir apa guna sekolah tinggi-tinggi kalau bahasa daerah yang ini aja enggak bisa). Pernah juga saya dan teman-teman saya diketawain orang satu gerbong kereta hanya karena kami turun di stasiun kecil, kata mereka “Deuh mbak, cantik-cantik kok turun di alas (hutan)”. Dalam hati saya cuma tertawa ngakak, mereka enggak tahu bahwa justru tempat seperti inilah yang menarik dan perlu didatangi.
Well, entahlah sampai kapan kaki ini bisa meninggalkan jejak dan sampai sejauh mana kisah ini bisa dirangkai, saya enggak pernah tahu. Biarlah semuanya mengalir seperti air

Tidak ada komentar:

Posting Komentar