Yoyoyo..kali
ini Hira akan ngomongin tentang salah satu novel yang menceritakan tentang
kisah hidup maestro Samurai Jepang yang bernama Miyamoto Musashi. Novel ini
menurut Hira sih sangat inspiratif dan wajarlah jika penjualan novelnya sampe bestseller, baik di negerinya sendiri
mapun di luar Jepang.
Yep
langsung saja Hira mulai kisah novel ini ‘mulanya Musashi atau yang biasa
dikenal dengan Takezo adalah seorang bromocorah kecil di kampungnya, banyak
ulah dia yang merugikan orang lain, sampai suatu ketika terjadi perang Sekigahara,
Takezo berminat untuk turut serta dalam perang tersebut, mungkin karena dia
ingin tantangan baru maka diajak serta pula sahabatnya yang bernama Matahachi.
Berangkatlah mereka berdua ke medan perang Sekigahara. Namun, ambisi mereka
tinggal ambisi karena mereka berdua berada di pihak yang kalah perang, maka
dengan segenap perjuangan, mereka melarikan diri dari perang Sekigahara dengan
bersembunyi di rumah Akemi dan ibunya . Setelah selamat dari kejaran para
pemenang perang Sekigahara, Takezo memutuskan kembali lagi ke daerahnya
Mimasaka sedangkan sahabatnya Matahachi memutuskan untuk memulai kehidupan baru
dengan ibunya Akemi.
Sesampainya di
Mimasaka, Takezo melakukan kesalahan fatal dengan membunuh para penjaga
perbatasan, sehingga dia pun dikejar-kejar oleh prajurit Daimyo daerah tersebut. Maka dia pun memulai peruntungannya untuk
bersembunyi di kampungnya namun sayang disayang dia tidak diterima di
kampungnya. Imejnya sudah melekat sebagai bromocorah kecil yang dianggap sampah oleh masyarakat dan
mungkin hanya akan jadi penjahat kampung jika tidak bertemu Takuan, pendeta Zen
sekaligus guru yang berhasil menyelamatkan dan menjinakannya.
Berkat pendeta ini pula, dia mendapat pencerahan dan memutuskan untuk mendalami
Zen dan ilmu pedang serta berusaha menggabungkan keduanya. Sejak saat itulah Takezo berubah nama
menjadi Miyamoto Musashi. Dia pun
menjadi shugyosha (samurai pengembara) yang selama bertahun-tahun
mengembara keliling Jepang untuk memperdalam ilmu pedang serta falsafah Zen.
Selama itu pulalah dia mengadakan pertempuran, latihan dan uji tanding dengan
beberapa ahli pedang Jepang.
Tidak
ada yang luar biasa pada bakat Musashi , yang menjadikannya luar biasa adalah dia
menyadari kekurangan dirinya dan karena itulah dia selalu belajar memperbaiki
kekurangan tersebut. dia tidak mau pasrah dengan pemberian Tuhan, dia
menyemangati dirinya untuk selalu lebih baik dan lebih baik lagi. dia selalu
berusaha mengasah bakat-bakatnya dengan sebaik-baiknya dan selalu berdisiplin
dengan usahanya tersebut. Sehingga akhirnya berhasil menjadi samurai nomor
wahid Jepang dan menulis beberapa buku tentang permainan pedang dan Zen.
Itulah
Musashi, maestro samurai Jepang yang tidak diragukan lagi kemampuan pedangnya.
Sepanjang hidupnya, dia selalu menyemangati dirinya untuk belajar lebih keras dan
lebih keras lagi. dia memang sering jatuh, dihina, dilecehkan dan ditertawakan
orang lain tetapi dia tidak mau peduli. dia tetap melawan keterbatasan dirinya,
dia telah menunjukkan pada bangsa Jepang bahwa " bakat bukan satu-satunya jalan untuk berhasil atau sukses".
So, Hira rekomendasikan banget-banget deh buku ini, apalagi buat kalian
yang muda-muda dan butuh buku yang menginspirasi “you must read this book!”
Yang
perlu dibaca
Yoshikawa, Eiji. Mushashi/Eiji
Yoshikawa; alih bahasa: TIM KOMPAS, ─cet 1─ Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001.
ga kuat baca bukunyaaaaaa
BalasHapustebelnya alamaaaak
hehe..pelan2 aj na bacanya, kan tuh buku dbagi mjd 7 bag, mis 3 bln 1 bag, dst.
Hapuspdhl yg diterjemahin k b.indo itu versi ingrrisny yg sdh ringkasan dr versi nihon-go yg denger2 sih ribuan hlm, ap daya sy gak bs ngebuktiin krn gak bs nihon go :'(
hhhmmm....aku suka artikelnya,
BalasHapushuuh.....nihonggo ku kemana yah....keep gambatte :)
trims mb, dah mampir baca2.
Hapusdeuh, kykny mendingan nihon-go mba deh, drpd sy^^