Judul Film : a
Beautiful Mind
Pemain : Russel Crowe, Jenifer Connely
Batas antara jenius dan gila memang sangat
tipis, hal tersebut dapat kita buktikan dari kisah film ini. Yep, kali ini Hira akan membahas sebuah film yang
berjudul a Beautiful Mind, sebuah
film beberapa tahun lalu yang sangat membekas di benak Hira. Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata
John Nash, seorang pemenang Nobel bidang ekonomi. John Nash sang pakar matematika memang sangat
jenius tetapi hal ini juga yang menyebabkan ia menderita penyakit jiwa
skizofrenia. Nash memang beruntung dikaruniai tuhan otak yang jenius sehingga
hari-harinya selalu diisi dengan otak-atik rumus yang rumit bin jelimet.
Akan tetapi karunia tersebut juga berarti musibah, kejeniusannya mengurung Nash
dalam benteng tinggi yang tidak terdaki orang lain, Nash menjadi sosok
individualis yang tidak punya teman ngobrol dan berbagi. Akhirnya karunia ini
pulalah yang menjebloskannya ke dalam lingkaran skizofrenia, ia berfantasi
tentang teman sekamarnya yang bernama Charles (pada kenyataannya di Asrama
Princeton, ia tidak punya teman sekamar). Fantasi tersebut semakin menjadi-jadi
dengan hadirnya tokoh-tokoh fantasi baru yaitu keponakan Charles dan agen FBI.
Beruntunglah
Nash memiliki istri yang cantik, cerdas dan setia. Istrinya tersebut tiada
henti memberi dukungan kepadanya, baik ketika ia dinyatakan gila maupun ketika
harus menjalani terapi di rumah sakit jiwa. Istrinyalah yang menjadi penopang
keluarga ketika ia diberhentikan dari pekerjaannya di Princeton University, pun
ketika ia memutuskan berhenti dari terapi pengobatannya. Istrinya dengan sabar,
merawat dan membesarkan hatinya. Sampai ia terpacu dengan cinta sang istri dan
bertekad untuk melawan penyakitnya.
Nash
memutuskan untuk kembali ke lingkungan Princeton, ia pun memohon bantuan teman
seangkatan kuliahnya yang telah menjadi Dekan di kampus tersebut agar ia
diperbolehkan menikmati fasilitas perpustakaan kampus. Ia ingin tetap berkarya
dan memanfaatkan kejeniusan otaknya. Hari-hari berat pun dilaluinya, tatapan
sinis dan ejekan diterimanya dengan lapang dada. Ia pun sering dikerubungi oleh
sekumpulan manusia yang penasaran dengan tingkah anehnya. Belum lagi ia selalu
dipojokkan oleh tokoh-tokoh fantasi yang selalu mengiringinya kemanapun ia pergi. Tetapi ia tetap tidak bergeming dan usahanya
tersebut mulai menunjukkan titik terang, Suatu hari ada mahasiswa Princeton University yang
penasaran dengan hobinya dalam mengotak-atik rumus di kaca jendela perpustakaan
maka mahasiswa tersebut memintanya menjabarkan rumus sulit. Sedikit demi
sedikit teman-teman mahasiswa tersebut tertarik dengan penjabaran Nash sampai
akhirnya terbentuklah kelompok belajar yang besar. Hal ini pulalah yang menyebabkan
pihak Princeton luluh dan menyetujui rencana Nash untuk kembali mengajar di
kampus tersebut. Tekad dan perjuangannya ini tidak sia-sia, namanya kembali
dikenal oleh kalangan akademis dan para ilmuwan. Penemuannya tentang
"keseimbangan equilibrium ekonomi" diganjar dengan hadiah Nobel.
Sebuah hasil perjuangan yang manis dan Nash sekeluarga memang patut
mendapatkannya.
Film
ini layak Hira rekomendasikan untuk
ditonton, selain kisahnya
yang menarik dan inspiratif, akting Crowe sebagai pemeran Nash begitu menarik;
dari sosok yang jenius dan angkuh menjadi penderita skizofrenia yang bingung,
gamang dan begitu menderita. Begitu juga akting Connely sebagai istri yang
cerdas, pengertian dan kadang juga gamang sehingga ia layak diganjar dengan
piala Oscar sebagai pemeran pembantu wanita terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar