Pagi itu, saat naik angkutan umum tak sengaja saya ketemu dengan tetangga saya. Setelah sedikit berbasa-basi, obrolan secara tiba-tiba bergeser ke topik tetangga-tetangga yang lain. Walhasil, dengan susah payah saya nyambung ke topik tersebut sambil sedikit mengingat-ngingat nama tetangga saya^^(ketahuan kan kalau saya enggak hapal tetangga kanan-kiri). Saya tak ingat persis apa yang diobrolin saat itu, hanya beberapa kata saja yang tertangkap jelas di pikiran saya. Ada hal menarik yang diungkapin tetangga tersebut ketika membahas tetangga kami yang bernama (sebut saja namanya Mbak A). Di mata kami, Mbak A itu perempuan cantik yang cerdas dan sangat mandiri. Setelah kehilangan orang tuanya Mbak A harus menjalani operasi, dan penyakitnya pun tak main-main karena berhubungan dengan otak. Menanggapi hal tersebut saya cuma bilang ke tetangga saya bahwa kita seharusnya bersyukur dikasih badan sehat dan ujian diri yang biasa-biasa saja. Tetapi tanggapan tetangga saya lain lagi, tetangga saya bilang bahwa derajat Mbak A lebih tinggi beberapa tingkat di atas kita karena ujian diri yang Mbak A jalani lebih sulit dan bertubi-tubi. Mbak A lebih kuat dari kita, tingkatannya pun lebih tinggi dari kita.
Well, tanggapan tersebut membuat saya berpikir lagi bahwa apa yang dinyatakan oleh tetangga saya ada benarnya juga karena bukankah Tuhan hanya memberi cobaan dan ujian diri sesuai kemampuan dari masing-masing manusia. Berarti kalau seorang manusia diuji dengan bermacam-macam cobaaan itu tandanya kemampuan dirinya lebih dari manusia-manusia lainnya.
Sayangnya kita sering tak menyadari hikmah tersebut. Terkadang malah kita hina-hina dan kita rendahkan orang-orang yang sedang diuji oleh Tuhan. Atau kalau tidak kita hina, orang yang sedang diuji tersebut kita kasihani dengan berlebihan. Padahal seharusnya kitalah yang harus dikasihani karena boleh jadi orang yang diuji tersebut lebih dicintai Tuhan daripada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar