Tulisan ini adalah ungkapan dari pertanyaan dari dalam diri : mengapa dan mengapa? Ketika apa yang dihadapi dan dilihat jauh sekali dari habit positif yang sudah bertahun-tahun kami ketahui. Entahlah ini pernyataan akibat rasa kecewa, lelah atau keterkejutan. Meskipun secara teori tahu dengan pasti bahwa setiap manusia pasti akan berubah tapi ketika terjadi di di lingkungan sekitar tempat beraktivitas sehari-hari tetap saja hal tersebut mengagetkan. Apalagi kalau manusia tersebut adab dan karakternya sudah bagus, berubah menjadi karakter yang toksik. Ada rasa tidak terima, rasa penyangkalan dan rasa kecewa.
Ruang Baca

Selasa, 20 Mei 2025
Mengapa
Ternyata rasa ini tidak hanya saya rasakan seorang diri tapi sahabat-sahabat saya yang lain juga merasakan hal yang sama. Berkecamuk pikiran dengan segala tanya "mengapa"
Kamis, 01 Mei 2025
Mengapa tidak di Metropolitan?
Mengapa tidak di Jakarta? Setelah beberapa tahun hiruk pikuk merasakan atmosfer kehidupan metropolitan, ada rasa lelah yang tak tertahankan, bukan ke lelah fisik, (karena dimanapun berada yang namanya kerja pasti akan lelah dan capek secara fisik meskipun hanya sebentar) ini lebih ke lelah pikiran? Setiap hari menghadapi kemacetan di jalan, terus sumpah serapah para penghuni jalan, klo menghindari macet menggunakan kendaraan pribadi, harus berebutan naik kendaraan umum. Rasanya hidup hanya habis di jalanan.
Bagi pribadi yang dilahirkan di kampung yang sepi dan asri, hal seperti ini adalah tekanan batin. Rasanya seperti hidup di dunia yang lain klo tinggal di tempat yang hectic seperti ini.
Sehingga dikit-dikit butuh healing, butuh cooling down ke tempat yang menenangkan. Sampai akhirnya menyerah dan memilih tinggal di tempat yang masih bisa kompromi dengan segala yang melelahkan secara pikiran.
Langganan:
Postingan (Atom)